Aki Hoashi dari Japan Foundation, sebagai penerjemah dan host yang mengundang saya ke Jepang sudah ainul yaqin (walau tampangnya juga sedikit agak ragu) bahwa tempat yang kita tuju untuk sowan sudah sesuai catatan di buku hitam kecilnya.
Bel cempreng membuat pintu biru itu terbuka. Tampak sosok ibu berambut seperti mie keriting, berpenampilan eksentrik menyapa dengan hangat. Ibu itu bernama Sayoko Kinoshita, founder dari HIAF. Rambut dan senyumannya sama - sama terlihat segar, rasanya ingin segera ikutan keramas saja.
Satu celah sebagai ruang arsip film, satu celah lagi untuk berbagai dokumen. |
Ruang kerja director dan asistennya. |
Langkah kaki berjalan pelan - pelan menuju ruang meeting mini melalui lorong yang dikelilingi oleh menara - menara yang terbuat dari tumpukan kaset dan buku. Deg-deg'an, takut jika tidak sengaja kesenggol mengambrolkan susunannya.
Sayoko Kinoshita setiap hari bekerja di ruangan sekitar (mungkin) 30 meter persegi ini, ditemani 1 asistennya untuk menghandle paper works HIAF yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Festival besar ini sejajar dengan Annecy International Animated Festival di Perancis dan Ottawa International Animation Festival di Canada, ternyata memiliki kantor sekaligus ruang arsip video yang mini.
Menghandle sekitar 1.900an film dari 50an negara dengan ruangan ukuran minim seperti ini membutuhkan tantangan tersendiri menurut saya. Sumpek harus menjadi kata yang dihapus di otak mereka jika ingin bekerja di sini.
Hmmm, pelajaran dari kunjungan ini adalah tidak perlu kantor yang mewah dan heboh jika hanya menghasilkan karya cetek, Sayoko Kinoshita membuktikan bahwa walaupun kantornya lebih mirip gudang dengan setumpuk berkas berbagai rupa tetapi mampu membuat festival animasi berwarna yang membanggakan dan membawa nama harum kota Hiroshima.
Sayonara.
Sayoko Kinoshita (kanan) dan asistennya dengan background tumpukan kaset dari berbagai negara. |
Saya kasih jempol dulu untuk ibu yang satu ini. |
No comments:
Post a Comment