Logo Ii Ce We Yang Salah Gawe

Akun twitter @KDRI mendadak disapa oleh salah satu anggota ICW, Mbak illin nama panggilannya. Twitternya mudah diingat akibat tampilan avatarnya bak pilot wanita jaman bahula siap terbang ke angkasa.



Semacam curhat yang menggelitik muncul dari jempol Mbak Illin.
Bahwa beberapa kali dia mengalami keabsurd-an ketika melakukan kunjungan di luar Jakarta, yaitu salah pasang logo ICW oleh panitia lokal di spanduk / baliho.

Memang, era tahun 2006 - 2008 saya rajin sekali untuk iseng - iseng meredesain logo - logo institusi di Indonesia yang menurut saya jadul, layak diperbaiki agar tampak lebih menarik…Yaa itung - itung memberikan solusi, syukur - syukur dipakai, kalau ndak ya jadi pajangan saja di blog.

Nah kebetulan dan salah satu kandidat dimana cukup syarat untuk diulik ulang ya logo milik LSM yang aktif memerangi korupsi itu.


Hasil redesain tersebut aktif saya publish di blog Kementerian Desain RI (belum/tidak sah).

Bisa jadi para panitia lokal itu memang satu selera dengan saya :) atau mungkin males minta logo asli ICW ke pusat ? Maklum ketika saya tanya ke Mbah Google untuk "logo ICW", gambar pertama yang muncul adalah milik saya -_-*


Mbak Illin toh pada akhirnya tetap menyatakan cinta dengan logo asli ICW berbentuk mata kruwil - kruwil warna biru tua daripada buatan saya.

Ya sudah, gitu saja cerita singkat saya…

*Sambil ngeklik logo ICW buatan saya di Mbah Google… ternyata ngelink ke halaman ini 0_0!




Lowongan Kerja Ala Studio Animasi Ghibli


Ketika melakukan kunjungan ke Jurusan Animasi di Tokyo Polytechnic University, iseng - iseng saya mengamati papan pengumumannya. 
Penasaran saja, seperti apa sih gaya pengumuman perekrutan SDM untuk industri animasi di sana.

Bisa disimpulkan sebagian besar visual penampilan iklan yang saya lihat tidak mencerminkan dunia kreatif penuh warna warni, malah terkesan seperti lembar lowongan untuk kantor serius.

Secara random saya menunjuk salah satu kertas pengumuman lowongan kerja untuk minta di "translate" kan ke dalam bahasa Indonesia oleh teman penerjemah.

"Oh kalau itu dari perusahaan animasi yang sangat disegani di Jepang, Studio Ghibli!" Ujar sang penerjemah antusias.
Saya pun gak kalah penasaran untuk minta penjelasan lebih lanjut.
Wujud Lowongan Kerja Studio Animasi Ghibli itu...
Berikut ini rangkuman pengumuman lowongan kerja di Studio Ghibli hasil penerjemah yang mendampingi saya ^^

Dicari : Animator & Background Artist
Gaji : 167.000 Yen / Bulan (Yaa kira - kira sekitar 16 Jutaan Rupiah)
Catatan : Mendapat Bonus 2 x Gaji dan Asuransi

Syarat :
Mengirimkan gambar manusia dengan teknik "manual drawing" sebanyak 2 lembar ukuran kertas B4.
Gambar menggunakan pensil atau cat air.

Apabila diterima, tahap berikutnya adalah mengikuti proses interview dan tes tulis.

Tes tulisnya adalah, kalian akan diberi 3 kata lalu mendeskripsikannya dalam bentuk storyboard, puisi atau cerita pendek.

Jika lulus, maka kalian bisa ngantor di Ghibli selama 10 hari untuk di test lagi..

Dari 10 hari itu akan dinilai, apakah kalian kinerjanya bagus apa ndak...kalau ndak..yaa out!

Begitu kira - kira cermin perekrutan SDM untuk Studio Animasi Ghibli.
Jika kalian belum tahu apa itu Ghibli, silahkan Google saja. Pokoknya doi adalah studio paling disegani di Jepang, soalnya sering dapet Piala Oscar. Mancaapp!
Profil Studio Ghibli, Founder : Hayao Miyazaki dengan karya - karya mutakhirnya.

Kapan Kantor Pemerintah Indonesia Bisa Seperti Belanda ?

Gedung berdesain kuno dua tingkat yang tidak terkesan megah tersusun dari batu bata cokelat tua berlumut hijau sedang diperkenalkan kepada saya.

"Yak, ini tempatnya Perdana Menteri Belanda ngantor!" Ungkap Wati Chaeron, teman saya yang sudah menetap di Den Haag.

"Seriuusss?" Tanya saya heran plus penasaran.
Maklum, otak saya langsung membandingkan dengan kantor - kantor pemerintah di Republik Indonesia. Umumnya pejabat tinggi kita bekerja di gedung besar dengan halaman luas dan pagar tinggi menjulang, seolah memberi jarak dengan publik.

Nah ini kok negara yang pernah menjajah kita malah lebih moderat, humble, tidak ada jarak. Saya bisa mendekati kantor Perdana Menteri Belanda dengan sangat mudah dan nyaman, tidak ada protokoler ribet ..malah susah banget cari satpam di sekitar kantor itu.

Tergelitik di pemikiran saya, kok Belanda tidak mewariskan budaya ini ke pejabat di Indonesia?

Makin kaget saja saya ketika diperlihatkan ruang publik di area kantor kementerian dimana masyarakat Den Haag sudah terbiasa melihat menteri - menterinya makan siang sambil duduk santai di sana, menyapa masyarakatnya.
Salah satu tempat nongkrong para menteri di Belanda...
"Kamu tahu nggak Dit, Perdana Menteri Belanda ini suka nyetir dan parkirin mobil sendiri" timpal Mbak Wati.
Sambil mengunyah kentang hangat, aku termenung merindukan statement itu muncul juga dari pejabat Indonesia.

Nyesss!
Jarak yang tidak terlalu jauh dengan publik membuat kantor ini terkesan nyaman...Foto dulu aahh sambil bawa kentang anget..nyesss!
Kayak gini nih Perdana Menteri Belanda markirin sendiri mobilnya.
Sumber : http://travelphotos.everything-everywhere.com/

Demi Belanda, Melahap Haring!

"Kalian harus makan Haring!" Ungkap Mbak Wati Chaeron, ibu asli Jogjakarta lama tinggal di Den Haag Belanda yang menyediakan couchsurfing (menginap di tempat seadanya) bagi kami di rumahnya.

"Haring? Apaan tuh Mbak?" tanya saya sambil berharap sebuah makanan yang hangat dihiasi dengan keju meleleh.

"Sudahhh, pokoknya kalau kalian belum makan Haring, berarti belum merasakan Belanda sebenarnya!" Paksa Mbak Wati sambil menggiring kami ke sebuah kios berwarna biru.

Tampak gerombolan bule sedang asyik terbahak - bahak sambil badan menggeliat -nggeliat kayak Inul masih muda. Sepertinya mereka makan sambil geli. "Aahhh..jangan - jangan mereka makan Haring!" batin saya.
Butuh merogoh kocek sekitar Rp 30.000 an untuk satu makanan Haring
Ternyata dugaan saya benar! Terlihat fillet ikan mentah berukuran panjang sekitar 20 cm diselimuti bawang berukuran dadu di tangan beberapa orang turis di depan kami.

Wah, imajinasi saya tentang Haring berupa makanan hangat ala junk food sirna. Haring (Herring) adalah ikan kecil yang biasa di dapat di laut selatan dan laut timur dekat Denmark dimana telah menjadi sebuah tradisi sejak 600 tahun lalu memakannya dengan cara langsung dilahap mentah - mentah.

Konsepnya kurang lebih seperti Sashimi di Jepang, namun bedanya cara penyajiannya jika Sashimi tampak indah dan imut - imut pemotongannya, Haring hanya menghilangkan duri serta kepala tanpa presentasi yang menarik.
Benar - benar seperti ikan masih hidup tanpa kepala yang ditimbun bawang putih
Teknik memakan Haring juga cukup menarik. Kepala menengok keatas sambil menunggu jari kita menggiring ke mulut dengan memegang ekornya. Idealnya dalam satu kali lahap untuk menikmatinya.

Hmmmmm, rasanya sih geli - geli berlendir. Rasa bawang cukup meredakan sedikit kesan amis di mulut. Istri saya @helloarie yang favorit memakan Sashimi saja langsung ilfill, kapok untuk menelan kedua kalinya.

Saya nggak tahu komentar Pak Bondan merasakan Haring, mungkin dia akan berkata "Makkk...Nyuu...suuuuu waeee!" (Ibu, Minta Minum Susuuu Ajaa!)

Kiri : Saya dengan wajah antusias siap memakan Haring! Kanan : istri saya, @helloarie memperlihatkan wajah pasrah

Kiri : Hmmmm kok kayaknya menggelikan ya... (makin ragu), Kanan : @helloarie seperti tidak ada pilihan lain untuk menelannya.

Kiri : Haapppp!!! Ikan Paus memakan ikan Haring! Brrrrr Nekat!!, Kanan : @helloarie masih berjuang keras melawan kejijikannya.

Rapinya Pencitraan Politisi Jepang


Wajahnya menunjukan keyakinan untuk mengajak berbuat sesuatu, ditambah dengan kepalan tangan yang mantap. Sebuah poster iklan politisi Jepang terpampang di tembok perkantoran dekat pedestarian di sudut kota Tokyo.

Hal yang menarik bagi saya dari sudut pandang orang Indonesia adalah bukan masalah desain posternya, tapi kerapian memasangnya.

Jelas sekali, di ranah nusantara masih menggunakan konsep serangan masif acak kadul dalam hal kampanye. Asal tempel di mana - mana dengan tata letak berantakan.

Apa mungkin pola pikir "zen" yang mengagungkan "the art of simplicity" mempengaruhi para pemasang poster tersebut?

Etika berpolitik bisa saja dilihat dari cara memasang poster.
Efisien atau menghamburkan? Rapi atau jorok? Mudah dibersihkan atau nglepasnya susah dan bikin kotor?

Jangan - jangan kinerja politisi bisa diprediksi dari cara memasang media pencitraannya?  Sayangnya yang sering saya lihat kebanyakan di jalanan Indonesia terpajang serampangan, mengotori ruang publik.
Pemasangan poster tidak bertubi - tubi memenuhi tembok, cukup satu dan fokus.

Kerapian pemasangan sangat dijaga....

Menggunakan semacam silotip yang mudah dilepas, biar gak ngerusak tembok... coba Indonesia meniru seperti ini yaa  :)

Kreatips! Buat Kalian Yang Tidak Pede Menggambar

Cukup sering saya mendengar kalimat "wah saya nggak bakat menggambar", "haduhhh saya tidak bisa menggambar" dan keluhan lainnya.

Padahal kegiatan menggambar itu idealnya harus dipelajari oleh semua orang, karena menggambar itu sama pentingnya dengan matematika, atau pelajaran lainnya (menurut saya loh hehe)

Contoh kecil nih, misalnya kita disuruh menjelaskan suatu tempat. Daripada mendeskripsikan arah sampai berbusa, lebih mudah ketika kita menggambarkan sebuah peta kan ?

Bisa menggambar bukan berarti harus jago seperti Leonardo Da Vinci dengan Monalisanya loh.
Anggap saja seperti kita bermain internet, toh kita tidak perlu mahir bahasa programming untuk berselancar di dunia maya. Atau ketika menjadi pedagang, rasanya pengetahuan matematika tidak butuh setinggi level profesor untuk menghitung pendapatan dan pengeluaran.

Tahap awal menggambar sebetulnya adalah berlatih mengkontruksi. Meniru rangka yang kita amati, dan mereka ulang ke media kertas.
Sama halnya seorang montir yang sedang belajar. Awalmulanya dia harus membongkar mobil dan mengembalikannya seperti semula.

Saya mencoba bereksperimen membuat program yang bernama Kreatips Menggambar. Sebuah ajakan untuk berani bervisualisasi dengan mengkontruksi ulang gambar yang saya buat.
Melalui konsep e-learning lewat Twitter dan Facebook, kalian dapat berlatih dimanapun dan kapanpun tanpa malu :)

Di bawah ini adalah salah satu contoh cara menggambar kucing di program Kreatips.
Cukup dengan 6 langkah mudah, kalian harusnya sudah bisa menggambar kucing sedang bobok :)
Agar lebih bersemangat, setiap gambar yang di mention ke twitter akan saya nilai hehe..

Ini adalah beberapa contoh antusias murid yang mengikuti program Kreatips dari seluruh Indonesia.

Konsep pelatihan lainnya dapat disimak di fb.com/kreatips atau search #kreatips di Twitter.
Sudah ada puluhan bentuk - bentuk dasar gambar yang bisa ditiru, tentunya akan muncul contoh - contoh lain yang lebih menarik.

Semoga dengan program ini, makin banyak teman - teman menjadi berani dan gemar menggambar seperti pengakuan murid di kicauan ini ;p



Juara Satu Mengajar Kelas Satu!

Jam menunjukan pukul delapan pagi, saatnya saya dan mbak Widia rekan saya yang berprofesi sebagai  ahli hukum akan mengajar di Kelas 1.
Melalui program "Kelas Inspirasi", kita diajak secara sukarela menjadi guru SD dalam sehari untuk menginspirasi cita - cita anak - anak melalui cerita tentang profesi kita masing - masing.

Kami kebagian mengajar Kelas 1, 3, 4, 5, dan 6. Nah masalahnya yang sering saya dengar, mengajar kelas 1 itu butuh effort yang super lebih. Mengapa ? Banyak pengamat mengatakan ketika anak - anak di umur 7 tahun berada di sekolah, mereka sebenarnya masih berada di transisi antara bermain dan "belajar".

Mereka tidak segan untuk teriak protes, atau ribut dengan kawan lainnya, bahkan lari mondar mandir di ruangan mengacuhkan sang guru.

Jujur ini adalah pengalaman pertama saya mengajar di depan anak - anak Kelas 1. Ah... saya harus mencari akal!

Pada akhirnya saya mencoba menghadapi mereka dengan senjata andalan yang ada digenggaman saya. Spidol hitam!

"Anak - anaaaakkk! Sekarang lihat kakak menggambarrrr yaaaaa??!!!!"
Teriak saya seakan diguyur keringat dingin segayung. Was - was jika mereka tidak berminat dengan gagasan mengajar saya di papan tulis.

Goresan pertama saya adalah menggambar wujud ikan, sambil mengajak si krucil untuk menebaknya.
"Iniiiii ikaann apaa hayoooo ??" Pancing saya.

"Lumba - lumbaaaaa", "Hiuuuuuuu", "Ikan Cupaaangggg" -_-#

Perlahan - lahan, separuh pengisi kelas kompak untuk maju duduk paling depan. Seolah mereka semua ingin menjadi sutradara untuk menentukan gambar apa yang muncul berikutnya.

"Ommm, gambar ulaarrrr doonggg!" "Gambariin Narutoooo Pakkk!" "Gambar kapal selammmm doongg!!!"

Lega rasanya, proses mengajar di depan Kelas 1 mengalir dengan sukses, bahkan muncul improvisasi - improvisasi baru. Ketika saya menggambar gurita, anak - anak ikut menghitung perlahan - lahan setiap tentakel yang saya gores. "Satuuu.....Duaaaa.....Tigaaaa....Empaaaattt....Limaaaaaa dsb"
Saya menyuruh mereka menyanyikan lagu Balonku Ada Lima sambil saya mencoba menvisualisasikan objek - objek yang ada di lagu tersebut. "Meletus Balon Hijau...Dooorr", mendadak tampak goresan ledakan di papan tulis, menjadikan jumlah Balon menjadi empat.

60 menit tidak terasa berlalu. Keringat dingin berubah menjadi keringat antusias. Saya tidak hanya mengajar, tetapi sebetulnya juga belajar. Belajar tentang dunia mereka, minat mereka, imajinasi mereka.

Saya seperti mendapatkan gelar juara satu dalam pelajaran mengajar kelas satu! LULUS!

Antusias tinggi, sampai naik bangku menjulurkan jari setinggi - tingginya.
Kompak berkumpul di bangku paling depan mengikuti pelajaran berimajinasi.
Menggambar Dunia Laut, tampak rambutan mengambang di air bersama anak rambutan :)
Menjadi Guru Kelas 1 itu tidak mudah kawan :)